Sabtu, 12 Januari 2013

Asal Percaya Diri Pasti Bisa Menghipnosis Orang Lain



Tidak ada yang istimewa dengan hipnosis, semua orang bisa melakukan seketika tetapi bisa juga setengah mati berusaha menghipnosis tetap saja yang dihipnosis tidak kunjung masuk dalam keadaan trance. Belajar teknik memang penting, tetapi lebih penting adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi dibalik proses hipnosis.  
Ketika pertama  kali saya menghipnosis orang lain, saya tidak belajar hipnosis secara formal. Saat itu saya masih duduk di kelas II SMP, dan seorang teman memiliki script untuk menghipnosis sambil mendemonstrasikian kepada teman yang lain. Pada jaman saya masih remaja itu (1960an), fenomena paling ditonjolkan oleh hipnosis adalah “katalepsi”, otot jadi kaku  sehingga tubuh bisa lurus keras seperti papan. Biasanya tubuh yang terbujur kaku ini  lalu ditidurkan di antara dua kursi , kepala pada kursi yang satu dan ujung kaki ditopang oleh kursi yang lain. Begitu keras dan kakunya tubuh yang dalam keadaan kataleptik ini sampai bisa diduduki di perutnya . Untung pada jaman itu tidak terjadi kecelakaan, sebab sebetulnya  demonstrasi ini  tergolong riskan, tulang belakang bisa bergeser sehingga syaraf terjepit atau otot punggung  sobek .
Kembali pada pengalaman pertama saya menghipnotis  orang lain (jaman itu disebut sebagai hipnotis, bukan hipnosis seperti jaman sekarang), saya hanya menghapal kalimat pada script yang dibawa teman sambil menirukan semua gerakan  teman yang demontrasi hipnosis. Ternyata  teman yang jadi subyek saya  juga bisa trance sampai kataleptik. 
Kalau mengingat script jaman itu saya jadi ketawa sendiri, karena salah satu kalimat yang digunakan untuk “mengunci” supaya orang dalam kedaan terhipnosis  bunyinya :
” Saiki nyowomu tak jupuk, melu aku, nurut aku !”
Artinya : Sekarang jiwamu saya ambil, ikut saya  dan patuh padaku !  Kalimat ini dalam bahasa jawa, walaupun sugesti lain dalam bahasa Indonesia.  Menurut teman saya, kalimat ini penting sekali, jangan sampai dilupakan,
 “Mengko tangi!” (Nanti dia bangun).
Tentu saja sebagai awam saya patuh sekali dengan kalimat kunci ini.
 Karena tidak paham dengan fenomena yang sebetulnya terjadi, maka selama beberapa waktu  saya selalu menggunakan kalimat ini, plus ada perasaan was-was, bagaimana kalau jiwanya tidak mau balik, tetap ikut saya terus?! Setelah saya belajar dari berbagai sumber dan makin paham fenomena yang sebetulnya terjadi pada proses hipnosis, saya baru sadar bahwa kalimat itu tidak berbahaya, dan ada benarnya juga, karena dalam konteks komunikasi antar teman saat itu kalimat
“Nyowomu tak jupuk....” justru lebih benar daripada di sugesti :”Trance!” atau “Tidur !”. Mungkin kalau disugesti :
”Kamu memasuki keadaan trance!” malah yang dihipnosis jadi bingung : “opo to iki kok ngundang si Frans” (=Apaan sih  ini, kok malah memanggil si Frans segala?)
Hipnosis adalah proses yang terjadi pada pikiran dan mental pasien sendiri karena yang dihipnosis sudah menuruti dan percaya pada yang menghipnosisnya. Bagaimana membuat pasien percaya dan mau dihipnosis, tentu  bukan karena ritual induksinya saja , tetapi justru pada pembicaran sebelum induksi dilangsungkan. Jadi yang sering disebut sebagai “Pre Induction Interview” justru harus sudah diselipkan induksinya, sehingga ketika pada saat induksi fromal sang pasien sudah menerima apa adanya.
Tentu saja lebih gampang melalui praktek daripada menjelaskan melalui tulisan, karena tidak hanya menyangkut kalimat tetapi juga bahasa tubuh , gerakan dll. Untuk keperluan ini, maka workshop lebih tepat dibanding membaca teori, karena melalui workshop orang bisa mempraktekkan langsung.
Karena hipnosis adalah fenomena wajar, maka  pemahaman lebih penting dari sekedar belajar teknik. Kalau anda memahami apa yang mendasari proses ini sepenuhnya maka teknik yang digunakan bisa disesuaikan dengan potensi Anda sendiri plus keyakinan pasien.  Tidak perlu menghapal script dan menghapal metode ini metode itu. Ormond McGill dalam bukunya The New Ensiclopedia of Stage Hypnotism (603 halaman) , menyebutkan ada 95 metode induksi. Pusing kan menghapalnya?
Kalau Anda memahami sesungguhnya apa dibalik proses induksi,  maka Anda tidak perlu menghapal lagi!
Sudah pasti hal penting ini tidak dilupakan pada workshop Therapeutic Strategy in Hipnosis nanti. Datanglah kalau ingin mempelajarinya!

Siapapun Anda, terapis, pebisnis atau sekedar orangtua yang kesulitan menasehati "remaja gemblung" yang semau gue, pasti membutuhkan kemampuan yang diajarkan pada workshop ini !



Hampir tidak pernah ada pasien yang  “to the point” menyatakan problemnya.  Ada berapa sebab mengapa pasien cenderung cerita berputar-putar dan bahkan sering malah menyembunyikan  problem utama. Faktor paling dominan adalah rasa percaya yang belum mantab terhadap terapisnya.Jadi bagaimana terapis bisa memberikan sugesti therapeutic kalau pasiennya masih kurang percaya.  Kekurang percayaan pasien ini bisa dimaklumi, karena memang umumnya terapis  bukan orang yang sudah dikenal seperti  sahabat karibnya. Menceritakan problem pribadi kepada orang lain apalagi kalau baru kenal, sangat sulit. Oleh karena itu tugas pokok terapis pada saat awal, bahkan sebelum interview, harus memberikan signal dari bahasa tubuh bahwa ia bisa dipercaya . Karena yang kurang percaya adalah pasien, maka terapis harus kental melakukan pacing & leading. Pacing terhadap bahasa tubuh yang dilansir pasien dan leading agar interview menjadi efektif karena bagaimanapun pertemuan antara pasien dan terapis diruang konseling selalu  dibatasi waktu.
Hal kedua yang mebuat pasien sulit menceritakan apa adanya adalah rasa takut kalau dianggap aneh, apalagi kalau menyangkut problem-problem yang sangat pribadi, seperti perselingkuhan, kebiasaan buruk, masalah seksual  dll. Setelah pasien merasa nyaman dan tidak tegang, dan ia sudah melepas beberapa cerita , tetapi  ia masih  kesulitan untuk menyatakan problemnya saya cenderung menggunakan cara : bercerita tentang problem yang (menurut dugaan saya) mirip dengan problemnya, kalau masih tidak juga bisa “nyangkut”, saya biasanya lalu memancing dengan cerita lainnya lagi. Seringkali tidak sampai  3 jenis cerita kasus lain saya sampaikan , pasien sudah  jadi lebih  terbuka. Pada dasarnya saat menceritakan kasus lain itu terapis memberikan signal bahwa  problem yang lebih beratpun bukan hal baru. Kesan bahwa problem yang berat itupun  bukan hal baru menyebabkan pasien merasa aman.   Ia lalu membolehkan dirinya menyampaikan hal paling sensitif yang mengganggunya.
Ketika pasien mulai masuk dalam suasana  “yes mood” , maka terapis jadi memiliki kesempatan  memasukkan sugesti  therapeutic  sebelum pasien masuk dalam trance state. Therapeutic sugesti  yang diberikan pada waktu dialog memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan sugesti ketika pasien dalam keadaan trance, karena sugesti dalam dialog  disepakati oleh  pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar sehingga sugesti ini lebih mengakar. Kelemahan sugesti  yang diberikan hanya dalam keadaan trance adalah gangguan dari pikiran sadar, sabotase pikiran sadar seringkali mengikis sugesti yang telah diberikan pada waktu dalam keadaan trance. Oleh karena itu ketika sugesti diterima baik dalam keadaan trance maupun dalam keadaan sadar, sugesti therapeutic tersebut menjadi  lebih kuat mengakar dalam pikiran. Saya justru sering  menggunakan sugesti dalam keadan trance hanya untuk memantabkan saja, karena sugesti yang diberikan selama dialog sudah sepenuhnya diterima pasien.
Apa dan Bagaimana melangsungkan pre-induction interview yang sekaligus mencangkokkan sugesti-sugesti penyembuhan, akan bahas dan dilatih dalam workshop ini. Siapapun Anda dan apapun profesi Anda, selama Anda membutuhkan proses mencangkokkan sugesti pada orang lain, baik dengan hipnosis formal maupun tanpa hipnosis,baik untuk proses terapi, bisnis atau bahkan hanya sekedar untuk menasehati remaja gemblung,   sesi bahasan ini pasti akan memberi kontribusi besar bagi Anda ! Jaminan lain adalah pengalaman saya, karena saya memang sudah melakukannya berpuluh tahun.

Rabu, 09 Januari 2013

Siapa Purnawan EA ?




Perkenalkan saya Purnawan EA yang menyelenggarakan Workshop “Therapeutic Strategy in Hypnosis” ini. Saya perlu bercerita tentang pengalaman saya ini sebagai pertangung-jawaban menjadi fasilitator, sehingga Anda bisa menilai apakah saya cocok untuk memberikan “Workshop Therapeutic Strategy in Hypnosis”.
Perkenalan saya dengan Hypnosis sudah sejak sebelum tahun 1965.
Menjelang tahun 1965 gejolak politik di negeri ini memanas sehingga banyak pemuda yang tertarik untuk belajar ilmu-ilmu “kanuragan” , semacam ilmu bela diri yang dilengkapi dengan mistik. Sebagai remaja saya juga tertarik belajar macam-macam : digigit ular berbisa (untung tidak mati), tidur di papan berpaku besi digilas vespa (untung vespanya tidak meleset), kepala dikepruk batu bata, makan beling, makan api, menjilat besi membara (kadang lidah saya jadi setengah matang juga walau belum sampai jadi lidah asap), makan silet (kadang teriris juga, besoknya jadi sariawan),  mata diplester naik sepeda (karena belum punya motor) dll. Waktu itu saya sangat percaya bahwa saya “berisi” walau ternyata lebih banyak mitos daripada kenyataan. Dulu belajar “Hipnotis” itu campur baur dengan mitos dan klenik. Saya tiap malam belajar mematikan lilin, pagi hari kalau liburan sekolah  “nyawang srengenge”= memandang matahari pagi saat terbit (untung tidak jadi buta), konsentrasi mematikan arum jam (pernah berhasil, sudah senang,ternyata putaran arlojinya sudah habis, pantesan arlojinya jadi mati. Jaman dulu semua arloji harus diputar tiap hari karena pakai per/pegas, belum ada arloji yang pakai baterai). Jaman sekarang belajar hypnosis sudah banyak sumbernya, banyak pakarnya, dan yang lebih penting tidak kesasar-sasar (tersesat) dalam dunia yang membingungkan serta tidak jelas. Walaupun  begitu kesasar-sasar itu,  setelah menjadi paham, akan membuahkan pengalaman berharga. Teori Nuklir pun dimulai dengan Teori Atom Dalton yang sebenarnya salah. Jangan takut salah asal selalu mencari kebenaran, daripada sudah benar tapi melenceng ke yang salah, tapi malahan merasa lebih benar !
Penerbit Magic Center yang memberikan kursus tertulis Sulap & Hypnotis (jaman itu istilahnya bukan Hypnosis seperti sekarang), menjadi impian saya dan semua uang saku serta “angpau” selalu habis untuk berbagai buku yang diterbitkan oleh Magic Center itu.
Kebetulan orangtua saya tinggal di komplek Pabrik Jamu  yang banyak karyawannya. Maka saya bisa mempraktekkan hypnosis kepada para karyawan sehingga menjadi percaya diri. Ketika ada perayaan2 saya sering mendemonstrasikan kebisaan saya di bidang hypnosis dan lain-lain. Saat di  SMA, saya sering mengajak teman-teman untuk saya hypnosis supaya berhenti merokok (dulu SMA sudah boleh merokok), supaya giat belajar dll. Menyembuhkan karyawati pabrik yang mabok, yang pusing (lagi mens kali) dll.
Selama kuliah saya tidak aktif lagi dengan soal hypnosis, karena ada banyak hal lain yang lebih menarik. Setelah selesai kuliah saya jadi guru SMA, dan saat itu mulai lagi saya mempraktekkan hypnosis, mulai membaca lebih banyak lagi. Ketika saya bekerja di perusahaan dan dapat kesempatan beberapa kali keluar negeri (Eropa/Amerika) saya gunakan untuk ikut kursus dan mengoleksi buku2 yang berhubungan dengan ilmu-ilmu esoteris. Pada masa itu buku-buku tentang hypnosis dll sangat langka di Indonesia, apalagi Magic Center sudah tutup.
Tahun 90an saya sudah ikut beberapa seminarnya Dr.Richard Bandler karena saya sangat kagum pada pribadi beliau. Pada waktu saya memperkenalkan diri  bahwa saya dari IndoneSIA, Bandler bercanda  dengan bertanya: Apa ada hubungannya  dengan AmneSIA ?  Saya juga beberapa kali ikut seminar  Paul mcKenna ,Saat itu Paul belum Ph.D, masih kerja  sama dengan Michael Breen, kalau tidak salah Darren Brown juga ikut sebagai peserta, tapi dia sudah jadi Mentalist. Belakangan Darren menggabung show Mentalistnya dengan nuansa hypnosis, sebelum mempopulerkan Conversational Hypnosis.  Saya sangat senang dengan Stage Hypnosis Paul dan belajar membuat program TV untuk acara Hypnosis, tapi kemudian di Inggris sendiri Program TV Paul McKenna di banned. Untung akhirnya pengadilan memenangkan Paul.  Saya berkenalan dengan Hale Dowkin (Sedona Method) sebelum ia menjadi “guru” pada “The Secret” nya Rhonda Byrne. Saat itu saya sedang tergila-gila dengan apapun perihal Milton Erickson. Awalnya karena Bandler selalu menyebut-nyebut nama  Milton Erickson ini. Saya sampai mengejar ke Phoenix, Arizona, walau tidak dapat apa-apa juga, selain bahan-bahan studi. Akhirnya karena bosan,  saya main  ke Sedona dan bertemu Hale Dowskin. Sedona adalah kota indah di kaki Grand Canyon  yang sangat bernuansa esoteric.  Banyak training/workshop berbagai aliran terapi/healing, dari Yoga, Prana,Reiki, Shihatsu,  Hypnosis, Diet  sampai ilmu macam-macam. Sedona ini seperti  “ibu kota” untuk berbagai terapi & healing saja layaknya.
Pada tahun 1998 setelah kerusuhan Mei saya banyak diminta untuk membantu pengidap trauma dan kemudian membantu anak-anak yang sakau karena heroin (Putauw). Tahun 2000 saya sudah di ekspose oleh majalah Tempo(Edisi 17-23 April 2000-Kolom Kesehatan : “Hipnotherapi Untuk Pecandu Narkotik”). Saya lalu diminta untuk memberi training Hypnotherapy, waktu itu training diberikan untuk orangtua yang anaknya jadi pecandu. Lalu saya mengadakan lagi beberapa training Hypnosis tetapi tidak puas, karena peserta tidak aktif mempraktekkan, padahal hypnosis adalah ketrampilan, jadi harus banyak praktek. Pada tahun 1998, bersama teman-teman mendirikan Wellness World, kami fokus ke program-program  Self Help. Kamilah yang pertama menerbitkan audiobook dalam bahasa Indonesia dengan para “artis” seperti Gde Prama, Wiwoho, Agus Sunaryo, Indra Gunawan, Janti Atmodjo dll.  Waktu itu saya membuat Audiobook :”Mencapai Relaksasi”. Saya sedang gandrung dengan Hemisync, Biofeedback, Soundwave beat, frequency warna cahaya dll untuk menginduksi trance, out of body experience, dan gejala paranormal lain. Saya juga dipaksa teman-teman supaya menulis buku, dan akhirnya jadi juga : “Dynamic Persuasion”(2002), perlu dua tahun untuk bikin buku tipis itu, bukan karena hebat isinya , tapi karena malas!
Sejak tahun 1998, saya mulai rutin berpraktek, tadinya di satu klinik, lalu di 2 klinik lalu di 3 klinik sehingga saya merasa jenuh untuk praktek. Mungkin juga jadi jenuh,  karena training-training di perusahaan yang saya berikan cukup laris, maka praktek terapi lalu tidak menarik. Akhirnya saya membatasi diri untuk hanya berpraktek 1 hari saja, itupun dengan perjanjian, kalau bisa melalui telpon.Saya lebih suka memberi terapi melalui telpon.
Workshop yang akan saya Roadshow-kan ini  adalah hasil dari rangkuman pengalaman saya dalam menggeluti hypnosis, hypnotherapy dan terapi yang lain.
Sekarang sudah begitu banyak litaratur, institusi hypnotherapy, Trainer handal, sertifikasi dll, jadi kalau Anda berminat, saya ingin melengkapi supaya kita bisa benar-benar membantu clien/pasien. Mereka datang karena memiliki masalah, jangan sampai justeru tambah masalah karena terapi kita keliru.
Dengan strategi therapeutic yang tepat, hypnosis bisa jadi alat yang berguna bagi dokter sampai dukun !

HIPNOSIS ibarat PISAU



Pisau bisa tajam bisa tumpul, pisau tumpul  tidak banyak fungsinya, pisau tajam banyak fungsinya. Pisau hakekatnya adalah alat bantu, demikian juga Hipnosis ! Hipnosis juga merupakan ilmu bantu, seperti ilmu matematika . Matematika adalah ilmu bantu  bantu, kalau tidak ada yang dihitung dan dibangun maka matematika tidak tampak gunanya. Demikian juga hipnosis ! Itulahs ebabnya Hipnosis dari sejak abad 17 sampai sekarang tidak kunjung jadi ilmu baku, tetapi juga tidak mandeg sebagai ilmu gaib. Tiga abad lebih, Hipnosis selalu berdiri di tebing kontroversi, ditolak tidak, tetapi juga tidak diakui sepenuh hati. Mengapa demikian ? Karena hipnosis adalah ilmu bantu, yang sebetulnya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi jadi “mbeling” karena mudah dipelajari (5 menit Anda jadi bisa menghipnosis orang lain!) sehingga praktisinya sangat beragam, dari yang sangat hati-hati bin tekun, sampai yang sangat sembrono dan overclaimed, lebih membual daripada kenyataan sebenarnya.
Hipnosis selalu berkolaborasi dengan aplikasi lain,  untuk di pertunjukan ia harus dilengkapi dengan kemampuan menggali situasi  lucu yang menghibur, harus digabung dengan sandiwara, drama, komedi  dan sulap supaya pertunjukannya mantab. Untuk kepolisian harus digabung dengan pengetahuan mendalam tentang penyidikan, interogasi  dan pengetahuan forensik, untuk olah raga harus digabung dengan pengetahuan yangmendalam tentang sikap mental, daya tahan dan psikologi olah-raga sedangkan untuk terapi harus digabung dengan pengetahuan mendalam tentang bidang terapi yang dipilih. Piawai menghipnosis orang  tanpa pengetahuan mendalam tentang terapi, ibarat orang bawa pisau, tetapi ketika mengupas mangga dengan pisau terbalik, bukan mata pisau yang dipakai mengupas, tetapi punggung pisau. Tidak efektif! Padahal punggung pisau juga bisa efektif kalau untuk membuat memar kunyit atau jahe, justru mata pisau tidak efektif untuk keperluan ini. Efektifitas selalu terjadi bila ada kolaborasi dengan pengetahuan lain. Makin komplit makin efektif.
Jadi selalu harus bertanya pada diri sendiri : Setelah Hipnosis lalu apa?
 Karena hipnosis adalah ilmu bantu, yakni ilmu bantu dibidang komunikasi, tetapi dengan fokus khusus : bawah sadar pikiran manusia. Hipnosis efektif untuk segala hal yang berhubungan dengan pikiran bawah sadar, padahal di dalam pikiran bawah sadar itulah tersimpan semua potensi positif maupun potensi negatif. Melalui workshop ini para peserta bisa mendapat tips dari pengalaman saya dan pengetahuan yang selama ini saya timba, plus berbagi dengan sesama peserta, sehingga pertanyaan :   Setelah Hipnosis lalu apa ?  Bisa lebih terjawab, terpahami dan lebih lagi bisa dikembangkan lebih lanjut. Misalnya melalui Study Club.
Setelah Hipnosis lalu apa?
Anda tidak bisa jadi chef hanya karena bisa  pegang “French’s Knife”  !
Hipnosis hanya bermanfaat bila dipakai untuk membantu keperluan lain. Workshop ini memilih keperluan lain itu adalah : Bidang Penyembuhan ! Dari Konseling, klinik sampai klenik !
  
Menjelang roadshow workshop ini, saya  menulis setiap hari pokok-pokok workshop ini, silahkan mengikuti, kalau tertarik silahkan call ke

-          FELIX  di 0817-750076 atau 021-71352387
-          Atau klik: http://www.purnawan.blogspot.com/

Untuk daftarmenjadi peserta workshop  sms ke 0816758656/ 083822612330 /021-71352387 atau via message di FB ini. Cantumkan no Telpon atau no HP dan kota yang Anda pilih supaya dapat kami hubungi kembali.