Rabu, 02 April 2014
Sabtu, 12 Januari 2013
Asal Percaya Diri Pasti Bisa Menghipnosis Orang Lain
Tidak ada
yang istimewa dengan hipnosis, semua orang bisa melakukan seketika tetapi bisa
juga setengah mati berusaha menghipnosis tetap saja yang dihipnosis tidak kunjung
masuk dalam keadaan trance. Belajar teknik memang penting, tetapi lebih penting
adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi dibalik proses hipnosis.
Ketika
pertama kali saya menghipnosis orang
lain, saya tidak belajar hipnosis secara formal. Saat itu saya masih duduk di
kelas II SMP, dan seorang teman memiliki script untuk menghipnosis sambil
mendemonstrasikian kepada teman yang lain. Pada jaman saya masih remaja itu
(1960an), fenomena paling ditonjolkan oleh hipnosis adalah “katalepsi”, otot
jadi kaku sehingga tubuh bisa lurus keras
seperti papan. Biasanya tubuh yang terbujur kaku ini lalu ditidurkan di antara dua kursi , kepala
pada kursi yang satu dan ujung kaki ditopang oleh kursi yang lain. Begitu keras
dan kakunya tubuh yang dalam keadaan kataleptik ini sampai bisa diduduki di
perutnya . Untung pada jaman itu tidak terjadi kecelakaan, sebab
sebetulnya demonstrasi ini tergolong riskan, tulang belakang bisa bergeser
sehingga syaraf terjepit atau otot punggung
sobek .
Kembali pada
pengalaman pertama saya menghipnotis
orang lain (jaman itu disebut sebagai hipnotis, bukan hipnosis seperti
jaman sekarang), saya hanya menghapal kalimat pada script yang dibawa teman
sambil menirukan semua gerakan teman
yang demontrasi hipnosis. Ternyata teman
yang jadi subyek saya juga bisa trance
sampai kataleptik.
Kalau mengingat
script jaman itu saya jadi ketawa sendiri, karena salah satu kalimat yang
digunakan untuk “mengunci” supaya orang dalam kedaan terhipnosis bunyinya :
” Saiki nyowomu
tak jupuk, melu aku, nurut aku !”
Artinya : Sekarang
jiwamu saya ambil, ikut saya dan patuh
padaku ! Kalimat ini dalam bahasa jawa,
walaupun sugesti lain dalam bahasa Indonesia. Menurut teman saya, kalimat ini penting
sekali, jangan sampai dilupakan,
“Mengko tangi!” (Nanti dia bangun).
Tentu saja
sebagai awam saya patuh sekali dengan kalimat kunci ini.
Karena tidak paham dengan fenomena yang
sebetulnya terjadi, maka selama beberapa waktu saya selalu menggunakan kalimat ini, plus ada
perasaan was-was, bagaimana kalau jiwanya tidak mau balik, tetap ikut saya
terus?! Setelah saya belajar dari berbagai sumber dan makin paham fenomena yang
sebetulnya terjadi pada proses hipnosis, saya baru sadar bahwa kalimat itu
tidak berbahaya, dan ada benarnya juga, karena dalam konteks komunikasi antar
teman saat itu kalimat
“Nyowomu tak
jupuk....” justru lebih benar daripada di sugesti :”Trance!” atau “Tidur !”.
Mungkin kalau disugesti :
”Kamu
memasuki keadaan trance!” malah yang dihipnosis jadi bingung : “opo to iki kok
ngundang si Frans” (=Apaan sih ini, kok malah
memanggil si Frans segala?)
Hipnosis adalah
proses yang terjadi pada pikiran dan mental pasien sendiri karena yang
dihipnosis sudah menuruti dan percaya pada yang menghipnosisnya. Bagaimana
membuat pasien percaya dan mau dihipnosis, tentu bukan karena ritual induksinya saja , tetapi
justru pada pembicaran sebelum induksi dilangsungkan. Jadi yang sering disebut
sebagai “Pre Induction Interview” justru harus sudah diselipkan induksinya,
sehingga ketika pada saat induksi fromal sang pasien sudah menerima apa adanya.
Tentu saja
lebih gampang melalui praktek daripada menjelaskan melalui tulisan, karena
tidak hanya menyangkut kalimat tetapi juga bahasa tubuh , gerakan dll. Untuk
keperluan ini, maka workshop lebih tepat dibanding membaca teori, karena
melalui workshop orang bisa mempraktekkan langsung.
Karena
hipnosis adalah fenomena wajar, maka
pemahaman lebih penting dari sekedar belajar teknik. Kalau anda memahami
apa yang mendasari proses ini sepenuhnya maka teknik yang digunakan bisa
disesuaikan dengan potensi Anda sendiri plus keyakinan pasien. Tidak perlu menghapal script dan
menghapal metode ini metode itu. Ormond McGill dalam bukunya The New
Ensiclopedia of Stage Hypnotism (603 halaman) , menyebutkan ada 95 metode
induksi. Pusing kan menghapalnya?
Kalau Anda
memahami sesungguhnya apa dibalik proses induksi, maka Anda tidak perlu menghapal lagi!
Sudah pasti
hal penting ini tidak dilupakan pada workshop Therapeutic Strategy in Hipnosis
nanti. Datanglah kalau ingin mempelajarinya!
Siapapun Anda, terapis, pebisnis atau sekedar orangtua yang kesulitan menasehati "remaja gemblung" yang semau gue, pasti membutuhkan kemampuan yang diajarkan pada workshop ini !
Hampir tidak
pernah ada pasien yang “to the point”
menyatakan problemnya. Ada berapa sebab
mengapa pasien cenderung cerita berputar-putar dan bahkan sering malah
menyembunyikan problem utama. Faktor
paling dominan adalah rasa percaya yang belum mantab terhadap terapisnya.Jadi
bagaimana terapis bisa memberikan sugesti therapeutic kalau pasiennya masih
kurang percaya. Kekurang percayaan
pasien ini bisa dimaklumi, karena memang umumnya terapis bukan orang yang sudah dikenal seperti sahabat karibnya. Menceritakan problem pribadi
kepada orang lain apalagi kalau baru kenal, sangat sulit. Oleh karena itu tugas
pokok terapis pada saat awal, bahkan sebelum interview, harus memberikan signal
dari bahasa tubuh bahwa ia bisa dipercaya . Karena yang kurang percaya adalah
pasien, maka terapis harus kental melakukan pacing & leading. Pacing
terhadap bahasa tubuh yang dilansir pasien dan leading agar interview menjadi
efektif karena bagaimanapun pertemuan antara pasien dan terapis diruang
konseling selalu dibatasi waktu.
Hal kedua
yang mebuat pasien sulit menceritakan apa adanya adalah rasa takut kalau
dianggap aneh, apalagi kalau menyangkut problem-problem yang sangat pribadi,
seperti perselingkuhan, kebiasaan buruk, masalah seksual dll. Setelah pasien merasa nyaman dan tidak
tegang, dan ia sudah melepas beberapa cerita , tetapi ia masih kesulitan untuk menyatakan problemnya saya
cenderung menggunakan cara : bercerita tentang problem yang (menurut dugaan
saya) mirip dengan problemnya, kalau masih tidak juga bisa “nyangkut”, saya
biasanya lalu memancing dengan cerita lainnya lagi. Seringkali tidak sampai 3 jenis cerita kasus lain saya sampaikan , pasien
sudah jadi lebih terbuka. Pada dasarnya saat menceritakan kasus
lain itu terapis memberikan signal bahwa problem yang lebih beratpun bukan hal baru.
Kesan bahwa problem yang berat itupun bukan hal baru menyebabkan pasien merasa aman.
Ia
lalu membolehkan dirinya menyampaikan hal paling sensitif yang mengganggunya.
Ketika
pasien mulai masuk dalam suasana “yes
mood” , maka terapis jadi memiliki kesempatan memasukkan sugesti therapeutic
sebelum pasien masuk dalam trance state. Therapeutic sugesti yang diberikan pada waktu dialog memiliki
kekuatan yang lebih besar dibanding dengan sugesti ketika pasien dalam keadaan
trance, karena sugesti dalam dialog disepakati
oleh pikiran sadar maupun pikiran bawah
sadar sehingga sugesti ini lebih mengakar. Kelemahan sugesti yang diberikan hanya dalam keadaan trance
adalah gangguan dari pikiran sadar, sabotase pikiran sadar seringkali mengikis
sugesti yang telah diberikan pada waktu dalam keadaan trance. Oleh karena itu
ketika sugesti diterima baik dalam keadaan trance maupun dalam keadaan sadar,
sugesti therapeutic tersebut menjadi lebih
kuat mengakar dalam pikiran. Saya justru sering menggunakan sugesti dalam keadan trance hanya
untuk memantabkan saja, karena sugesti yang diberikan selama dialog sudah
sepenuhnya diterima pasien.
Apa dan
Bagaimana melangsungkan pre-induction interview yang sekaligus mencangkokkan
sugesti-sugesti penyembuhan, akan bahas dan dilatih dalam workshop ini.
Siapapun Anda dan apapun profesi Anda, selama Anda membutuhkan proses
mencangkokkan sugesti pada orang lain, baik dengan hipnosis formal maupun tanpa
hipnosis,baik untuk proses terapi, bisnis atau bahkan hanya sekedar untuk
menasehati remaja gemblung, sesi bahasan ini pasti akan memberi kontribusi
besar bagi Anda ! Jaminan lain adalah pengalaman saya, karena saya memang sudah
melakukannya berpuluh tahun.
Rabu, 09 Januari 2013
Siapa Purnawan EA ?
Perkenalkan
saya Purnawan EA yang menyelenggarakan Workshop “Therapeutic Strategy in
Hypnosis” ini. Saya perlu bercerita tentang pengalaman saya ini sebagai pertangung-jawaban
menjadi fasilitator, sehingga Anda bisa menilai apakah saya cocok untuk
memberikan “Workshop Therapeutic Strategy in Hypnosis”.
Perkenalan
saya dengan Hypnosis sudah sejak sebelum tahun 1965.
Menjelang
tahun 1965 gejolak politik di negeri ini memanas sehingga banyak pemuda yang
tertarik untuk belajar ilmu-ilmu “kanuragan”
, semacam ilmu bela diri yang dilengkapi dengan mistik. Sebagai remaja saya
juga tertarik belajar macam-macam : digigit ular berbisa (untung tidak mati),
tidur di papan berpaku besi digilas vespa (untung vespanya tidak meleset),
kepala dikepruk batu bata, makan beling, makan api, menjilat besi membara
(kadang lidah saya jadi setengah matang juga walau belum sampai jadi lidah asap),
makan silet (kadang teriris juga, besoknya jadi sariawan), mata diplester naik sepeda (karena belum
punya motor) dll. Waktu itu saya sangat percaya bahwa saya “berisi” walau
ternyata lebih banyak mitos daripada kenyataan. Dulu belajar “Hipnotis” itu
campur baur dengan mitos dan klenik. Saya tiap malam belajar mematikan lilin,
pagi hari kalau liburan sekolah “nyawang
srengenge”= memandang matahari pagi saat terbit (untung tidak jadi buta),
konsentrasi mematikan arum jam (pernah berhasil, sudah senang,ternyata putaran
arlojinya sudah habis, pantesan arlojinya jadi mati. Jaman dulu semua arloji
harus diputar tiap hari karena pakai per/pegas, belum ada arloji yang pakai
baterai). Jaman sekarang belajar hypnosis sudah banyak sumbernya, banyak
pakarnya, dan yang lebih penting tidak kesasar-sasar (tersesat) dalam dunia
yang membingungkan serta tidak jelas. Walaupun
begitu kesasar-sasar itu, setelah
menjadi paham, akan membuahkan pengalaman berharga. Teori Nuklir pun dimulai
dengan Teori Atom Dalton yang sebenarnya salah. Jangan takut salah asal selalu
mencari kebenaran, daripada sudah benar tapi melenceng ke yang salah, tapi malahan
merasa lebih benar !
Penerbit
Magic Center yang memberikan kursus tertulis Sulap & Hypnotis (jaman itu
istilahnya bukan Hypnosis seperti sekarang), menjadi impian saya dan semua uang
saku serta “angpau” selalu habis untuk berbagai buku yang diterbitkan oleh
Magic Center itu.
Kebetulan
orangtua saya tinggal di komplek Pabrik Jamu yang banyak karyawannya. Maka saya bisa
mempraktekkan hypnosis kepada para karyawan sehingga menjadi percaya diri.
Ketika ada perayaan2 saya sering mendemonstrasikan kebisaan saya di bidang
hypnosis dan lain-lain. Saat di SMA,
saya sering mengajak teman-teman untuk saya hypnosis supaya berhenti merokok
(dulu SMA sudah boleh merokok), supaya giat belajar dll. Menyembuhkan karyawati
pabrik yang mabok, yang pusing (lagi mens kali) dll.
Selama kuliah
saya tidak aktif lagi dengan soal hypnosis, karena ada banyak hal lain yang
lebih menarik. Setelah selesai kuliah saya jadi guru SMA, dan saat itu mulai
lagi saya mempraktekkan hypnosis, mulai membaca lebih banyak lagi. Ketika saya
bekerja di perusahaan dan dapat kesempatan beberapa kali keluar negeri
(Eropa/Amerika) saya gunakan untuk ikut kursus dan mengoleksi buku2 yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu esoteris. Pada masa itu buku-buku tentang hypnosis
dll sangat langka di Indonesia, apalagi Magic Center sudah tutup.
Tahun 90an
saya sudah ikut beberapa seminarnya Dr.Richard Bandler karena saya sangat kagum
pada pribadi beliau. Pada waktu saya memperkenalkan diri bahwa saya dari IndoneSIA, Bandler
bercanda dengan bertanya: Apa ada hubungannya dengan AmneSIA ? Saya juga beberapa kali ikut seminar Paul mcKenna ,Saat itu Paul belum Ph.D, masih
kerja sama dengan Michael Breen, kalau
tidak salah Darren Brown juga ikut sebagai peserta, tapi dia sudah jadi
Mentalist. Belakangan Darren menggabung show Mentalistnya dengan nuansa
hypnosis, sebelum mempopulerkan Conversational Hypnosis. Saya sangat senang dengan Stage Hypnosis Paul
dan belajar membuat program TV untuk acara Hypnosis, tapi kemudian di Inggris
sendiri Program TV Paul McKenna di banned. Untung akhirnya pengadilan
memenangkan Paul. Saya berkenalan dengan
Hale Dowkin (Sedona Method) sebelum ia menjadi “guru” pada “The Secret” nya
Rhonda Byrne. Saat itu saya sedang tergila-gila dengan apapun perihal Milton
Erickson. Awalnya karena Bandler selalu menyebut-nyebut nama Milton Erickson ini. Saya sampai mengejar ke
Phoenix, Arizona, walau tidak dapat apa-apa juga, selain bahan-bahan studi.
Akhirnya karena bosan, saya main ke Sedona dan bertemu Hale Dowskin. Sedona
adalah kota indah di kaki Grand Canyon yang sangat bernuansa esoteric. Banyak training/workshop berbagai aliran
terapi/healing, dari Yoga, Prana,Reiki, Shihatsu, Hypnosis, Diet
sampai ilmu macam-macam. Sedona ini seperti “ibu kota” untuk berbagai terapi &
healing saja layaknya.
Pada tahun
1998 setelah kerusuhan Mei saya banyak diminta untuk membantu pengidap trauma
dan kemudian membantu anak-anak yang sakau karena heroin (Putauw). Tahun 2000
saya sudah di ekspose oleh majalah Tempo(Edisi 17-23 April 2000-Kolom Kesehatan
: “Hipnotherapi Untuk Pecandu Narkotik”). Saya lalu diminta untuk memberi
training Hypnotherapy, waktu itu training diberikan untuk orangtua yang anaknya
jadi pecandu. Lalu saya mengadakan lagi beberapa training Hypnosis tetapi tidak
puas, karena peserta tidak aktif mempraktekkan, padahal hypnosis adalah
ketrampilan, jadi harus banyak praktek. Pada tahun 1998, bersama teman-teman
mendirikan Wellness World, kami fokus ke program-program Self Help. Kamilah yang pertama menerbitkan
audiobook dalam bahasa Indonesia dengan para “artis” seperti Gde Prama, Wiwoho,
Agus Sunaryo, Indra Gunawan, Janti Atmodjo dll.
Waktu itu saya membuat Audiobook :”Mencapai Relaksasi”. Saya sedang
gandrung dengan Hemisync, Biofeedback, Soundwave beat, frequency warna cahaya
dll untuk menginduksi trance, out of body experience, dan gejala paranormal
lain. Saya juga dipaksa teman-teman supaya menulis buku, dan akhirnya jadi juga
: “Dynamic Persuasion”(2002), perlu dua tahun untuk bikin buku tipis itu, bukan
karena hebat isinya , tapi karena malas!
Sejak tahun
1998, saya mulai rutin berpraktek, tadinya di satu klinik, lalu di 2 klinik
lalu di 3 klinik sehingga saya merasa jenuh untuk praktek. Mungkin juga jadi
jenuh, karena training-training di
perusahaan yang saya berikan cukup laris, maka praktek terapi lalu tidak
menarik. Akhirnya saya membatasi diri untuk hanya berpraktek 1 hari saja,
itupun dengan perjanjian, kalau bisa melalui telpon.Saya lebih suka memberi
terapi melalui telpon.
Workshop
yang akan saya Roadshow-kan ini adalah
hasil dari rangkuman pengalaman saya dalam menggeluti hypnosis, hypnotherapy
dan terapi yang lain.
Sekarang
sudah begitu banyak litaratur, institusi hypnotherapy, Trainer handal,
sertifikasi dll, jadi kalau Anda berminat, saya ingin melengkapi supaya kita
bisa benar-benar membantu clien/pasien. Mereka datang karena memiliki masalah,
jangan sampai justeru tambah masalah karena terapi kita keliru.
Dengan
strategi therapeutic yang tepat, hypnosis bisa jadi alat yang berguna bagi
dokter sampai dukun !
HIPNOSIS ibarat PISAU
Pisau bisa tajam bisa tumpul, pisau tumpul tidak banyak fungsinya, pisau tajam banyak
fungsinya. Pisau hakekatnya adalah alat bantu, demikian juga Hipnosis ! Hipnosis
juga merupakan ilmu bantu, seperti ilmu matematika . Matematika adalah ilmu
bantu bantu, kalau tidak ada yang
dihitung dan dibangun maka matematika tidak tampak gunanya. Demikian juga
hipnosis ! Itulahs ebabnya Hipnosis dari sejak abad 17 sampai sekarang tidak
kunjung jadi ilmu baku, tetapi juga tidak mandeg sebagai ilmu gaib. Tiga abad
lebih, Hipnosis selalu berdiri di tebing kontroversi, ditolak tidak, tetapi
juga tidak diakui sepenuh hati. Mengapa demikian ? Karena hipnosis adalah ilmu
bantu, yang sebetulnya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi jadi “mbeling” karena
mudah dipelajari (5 menit Anda jadi bisa menghipnosis orang lain!) sehingga
praktisinya sangat beragam, dari yang sangat hati-hati bin tekun, sampai yang
sangat sembrono dan overclaimed, lebih membual daripada kenyataan sebenarnya.
Hipnosis selalu berkolaborasi dengan aplikasi lain, untuk di pertunjukan ia harus dilengkapi
dengan kemampuan menggali situasi lucu
yang menghibur, harus digabung dengan sandiwara, drama, komedi dan sulap supaya pertunjukannya mantab. Untuk
kepolisian harus digabung dengan pengetahuan mendalam tentang penyidikan,
interogasi dan pengetahuan forensik,
untuk olah raga harus digabung dengan pengetahuan yangmendalam tentang sikap
mental, daya tahan dan psikologi olah-raga sedangkan untuk terapi harus
digabung dengan pengetahuan mendalam tentang bidang terapi yang dipilih. Piawai
menghipnosis orang tanpa pengetahuan
mendalam tentang terapi, ibarat orang bawa pisau, tetapi ketika mengupas mangga
dengan pisau terbalik, bukan mata pisau yang dipakai mengupas, tetapi punggung
pisau. Tidak efektif! Padahal punggung pisau juga bisa efektif kalau untuk
membuat memar kunyit atau jahe, justru mata pisau tidak efektif untuk keperluan
ini. Efektifitas selalu terjadi bila ada kolaborasi dengan pengetahuan lain.
Makin komplit makin efektif.
Jadi selalu harus bertanya pada diri sendiri : Setelah Hipnosis lalu
apa?
Karena hipnosis adalah ilmu
bantu, yakni ilmu bantu dibidang komunikasi, tetapi dengan fokus khusus : bawah
sadar pikiran manusia. Hipnosis efektif untuk segala hal yang berhubungan
dengan pikiran bawah sadar, padahal di dalam pikiran bawah sadar itulah
tersimpan semua potensi positif maupun potensi negatif. Melalui workshop ini
para peserta bisa mendapat tips dari pengalaman saya dan pengetahuan yang
selama ini saya timba, plus berbagi dengan sesama peserta, sehingga pertanyaan
: Setelah Hipnosis lalu apa ? Bisa lebih terjawab, terpahami dan lebih lagi
bisa dikembangkan lebih lanjut. Misalnya melalui Study Club.
Setelah Hipnosis
lalu apa?
Anda tidak
bisa jadi chef hanya karena bisa pegang “French’s
Knife” !
Hipnosis
hanya bermanfaat bila dipakai untuk membantu keperluan lain. Workshop ini memilih
keperluan lain itu adalah : Bidang Penyembuhan ! Dari Konseling, klinik sampai
klenik !
Menjelang roadshow workshop ini, saya menulis setiap hari pokok-pokok workshop ini,
silahkan mengikuti, kalau tertarik silahkan call ke
-
FELIX di
0817-750076 atau 021-71352387
-
Atau klik: http://www.purnawan.blogspot.com/
Untuk
daftarmenjadi peserta workshop sms ke
0816758656/ 083822612330 /021-71352387 atau via message di FB ini. Cantumkan no
Telpon atau no HP dan kota yang Anda pilih supaya dapat kami hubungi kembali.
Langganan:
Postingan (Atom)