Tidak ada
yang istimewa dengan hipnosis, semua orang bisa melakukan seketika tetapi bisa
juga setengah mati berusaha menghipnosis tetap saja yang dihipnosis tidak kunjung
masuk dalam keadaan trance. Belajar teknik memang penting, tetapi lebih penting
adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi dibalik proses hipnosis.
Ketika
pertama kali saya menghipnosis orang
lain, saya tidak belajar hipnosis secara formal. Saat itu saya masih duduk di
kelas II SMP, dan seorang teman memiliki script untuk menghipnosis sambil
mendemonstrasikian kepada teman yang lain. Pada jaman saya masih remaja itu
(1960an), fenomena paling ditonjolkan oleh hipnosis adalah “katalepsi”, otot
jadi kaku sehingga tubuh bisa lurus keras
seperti papan. Biasanya tubuh yang terbujur kaku ini lalu ditidurkan di antara dua kursi , kepala
pada kursi yang satu dan ujung kaki ditopang oleh kursi yang lain. Begitu keras
dan kakunya tubuh yang dalam keadaan kataleptik ini sampai bisa diduduki di
perutnya . Untung pada jaman itu tidak terjadi kecelakaan, sebab
sebetulnya demonstrasi ini tergolong riskan, tulang belakang bisa bergeser
sehingga syaraf terjepit atau otot punggung
sobek .
Kembali pada
pengalaman pertama saya menghipnotis
orang lain (jaman itu disebut sebagai hipnotis, bukan hipnosis seperti
jaman sekarang), saya hanya menghapal kalimat pada script yang dibawa teman
sambil menirukan semua gerakan teman
yang demontrasi hipnosis. Ternyata teman
yang jadi subyek saya juga bisa trance
sampai kataleptik.
Kalau mengingat
script jaman itu saya jadi ketawa sendiri, karena salah satu kalimat yang
digunakan untuk “mengunci” supaya orang dalam kedaan terhipnosis bunyinya :
” Saiki nyowomu
tak jupuk, melu aku, nurut aku !”
Artinya : Sekarang
jiwamu saya ambil, ikut saya dan patuh
padaku ! Kalimat ini dalam bahasa jawa,
walaupun sugesti lain dalam bahasa Indonesia. Menurut teman saya, kalimat ini penting
sekali, jangan sampai dilupakan,
“Mengko tangi!” (Nanti dia bangun).
Tentu saja
sebagai awam saya patuh sekali dengan kalimat kunci ini.
Karena tidak paham dengan fenomena yang
sebetulnya terjadi, maka selama beberapa waktu saya selalu menggunakan kalimat ini, plus ada
perasaan was-was, bagaimana kalau jiwanya tidak mau balik, tetap ikut saya
terus?! Setelah saya belajar dari berbagai sumber dan makin paham fenomena yang
sebetulnya terjadi pada proses hipnosis, saya baru sadar bahwa kalimat itu
tidak berbahaya, dan ada benarnya juga, karena dalam konteks komunikasi antar
teman saat itu kalimat
“Nyowomu tak
jupuk....” justru lebih benar daripada di sugesti :”Trance!” atau “Tidur !”.
Mungkin kalau disugesti :
”Kamu
memasuki keadaan trance!” malah yang dihipnosis jadi bingung : “opo to iki kok
ngundang si Frans” (=Apaan sih ini, kok malah
memanggil si Frans segala?)
Hipnosis adalah
proses yang terjadi pada pikiran dan mental pasien sendiri karena yang
dihipnosis sudah menuruti dan percaya pada yang menghipnosisnya. Bagaimana
membuat pasien percaya dan mau dihipnosis, tentu bukan karena ritual induksinya saja , tetapi
justru pada pembicaran sebelum induksi dilangsungkan. Jadi yang sering disebut
sebagai “Pre Induction Interview” justru harus sudah diselipkan induksinya,
sehingga ketika pada saat induksi fromal sang pasien sudah menerima apa adanya.
Tentu saja
lebih gampang melalui praktek daripada menjelaskan melalui tulisan, karena
tidak hanya menyangkut kalimat tetapi juga bahasa tubuh , gerakan dll. Untuk
keperluan ini, maka workshop lebih tepat dibanding membaca teori, karena
melalui workshop orang bisa mempraktekkan langsung.
Karena
hipnosis adalah fenomena wajar, maka
pemahaman lebih penting dari sekedar belajar teknik. Kalau anda memahami
apa yang mendasari proses ini sepenuhnya maka teknik yang digunakan bisa
disesuaikan dengan potensi Anda sendiri plus keyakinan pasien. Tidak perlu menghapal script dan
menghapal metode ini metode itu. Ormond McGill dalam bukunya The New
Ensiclopedia of Stage Hypnotism (603 halaman) , menyebutkan ada 95 metode
induksi. Pusing kan menghapalnya?
Kalau Anda
memahami sesungguhnya apa dibalik proses induksi, maka Anda tidak perlu menghapal lagi!
Sudah pasti
hal penting ini tidak dilupakan pada workshop Therapeutic Strategy in Hipnosis
nanti. Datanglah kalau ingin mempelajarinya!