Sabtu, 12 Januari 2013

Siapapun Anda, terapis, pebisnis atau sekedar orangtua yang kesulitan menasehati "remaja gemblung" yang semau gue, pasti membutuhkan kemampuan yang diajarkan pada workshop ini !



Hampir tidak pernah ada pasien yang  “to the point” menyatakan problemnya.  Ada berapa sebab mengapa pasien cenderung cerita berputar-putar dan bahkan sering malah menyembunyikan  problem utama. Faktor paling dominan adalah rasa percaya yang belum mantab terhadap terapisnya.Jadi bagaimana terapis bisa memberikan sugesti therapeutic kalau pasiennya masih kurang percaya.  Kekurang percayaan pasien ini bisa dimaklumi, karena memang umumnya terapis  bukan orang yang sudah dikenal seperti  sahabat karibnya. Menceritakan problem pribadi kepada orang lain apalagi kalau baru kenal, sangat sulit. Oleh karena itu tugas pokok terapis pada saat awal, bahkan sebelum interview, harus memberikan signal dari bahasa tubuh bahwa ia bisa dipercaya . Karena yang kurang percaya adalah pasien, maka terapis harus kental melakukan pacing & leading. Pacing terhadap bahasa tubuh yang dilansir pasien dan leading agar interview menjadi efektif karena bagaimanapun pertemuan antara pasien dan terapis diruang konseling selalu  dibatasi waktu.
Hal kedua yang mebuat pasien sulit menceritakan apa adanya adalah rasa takut kalau dianggap aneh, apalagi kalau menyangkut problem-problem yang sangat pribadi, seperti perselingkuhan, kebiasaan buruk, masalah seksual  dll. Setelah pasien merasa nyaman dan tidak tegang, dan ia sudah melepas beberapa cerita , tetapi  ia masih  kesulitan untuk menyatakan problemnya saya cenderung menggunakan cara : bercerita tentang problem yang (menurut dugaan saya) mirip dengan problemnya, kalau masih tidak juga bisa “nyangkut”, saya biasanya lalu memancing dengan cerita lainnya lagi. Seringkali tidak sampai  3 jenis cerita kasus lain saya sampaikan , pasien sudah  jadi lebih  terbuka. Pada dasarnya saat menceritakan kasus lain itu terapis memberikan signal bahwa  problem yang lebih beratpun bukan hal baru. Kesan bahwa problem yang berat itupun  bukan hal baru menyebabkan pasien merasa aman.   Ia lalu membolehkan dirinya menyampaikan hal paling sensitif yang mengganggunya.
Ketika pasien mulai masuk dalam suasana  “yes mood” , maka terapis jadi memiliki kesempatan  memasukkan sugesti  therapeutic  sebelum pasien masuk dalam trance state. Therapeutic sugesti  yang diberikan pada waktu dialog memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan sugesti ketika pasien dalam keadaan trance, karena sugesti dalam dialog  disepakati oleh  pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar sehingga sugesti ini lebih mengakar. Kelemahan sugesti  yang diberikan hanya dalam keadaan trance adalah gangguan dari pikiran sadar, sabotase pikiran sadar seringkali mengikis sugesti yang telah diberikan pada waktu dalam keadaan trance. Oleh karena itu ketika sugesti diterima baik dalam keadaan trance maupun dalam keadaan sadar, sugesti therapeutic tersebut menjadi  lebih kuat mengakar dalam pikiran. Saya justru sering  menggunakan sugesti dalam keadan trance hanya untuk memantabkan saja, karena sugesti yang diberikan selama dialog sudah sepenuhnya diterima pasien.
Apa dan Bagaimana melangsungkan pre-induction interview yang sekaligus mencangkokkan sugesti-sugesti penyembuhan, akan bahas dan dilatih dalam workshop ini. Siapapun Anda dan apapun profesi Anda, selama Anda membutuhkan proses mencangkokkan sugesti pada orang lain, baik dengan hipnosis formal maupun tanpa hipnosis,baik untuk proses terapi, bisnis atau bahkan hanya sekedar untuk menasehati remaja gemblung,   sesi bahasan ini pasti akan memberi kontribusi besar bagi Anda ! Jaminan lain adalah pengalaman saya, karena saya memang sudah melakukannya berpuluh tahun.

Tidak ada komentar: