Perkenalkan
saya Purnawan EA yang menyelenggarakan Workshop “Therapeutic Strategy in
Hypnosis” ini. Saya perlu bercerita tentang pengalaman saya ini sebagai pertangung-jawaban
menjadi fasilitator, sehingga Anda bisa menilai apakah saya cocok untuk
memberikan “Workshop Therapeutic Strategy in Hypnosis”.
Perkenalan
saya dengan Hypnosis sudah sejak sebelum tahun 1965.
Menjelang
tahun 1965 gejolak politik di negeri ini memanas sehingga banyak pemuda yang
tertarik untuk belajar ilmu-ilmu “kanuragan”
, semacam ilmu bela diri yang dilengkapi dengan mistik. Sebagai remaja saya
juga tertarik belajar macam-macam : digigit ular berbisa (untung tidak mati),
tidur di papan berpaku besi digilas vespa (untung vespanya tidak meleset),
kepala dikepruk batu bata, makan beling, makan api, menjilat besi membara
(kadang lidah saya jadi setengah matang juga walau belum sampai jadi lidah asap),
makan silet (kadang teriris juga, besoknya jadi sariawan), mata diplester naik sepeda (karena belum
punya motor) dll. Waktu itu saya sangat percaya bahwa saya “berisi” walau
ternyata lebih banyak mitos daripada kenyataan. Dulu belajar “Hipnotis” itu
campur baur dengan mitos dan klenik. Saya tiap malam belajar mematikan lilin,
pagi hari kalau liburan sekolah “nyawang
srengenge”= memandang matahari pagi saat terbit (untung tidak jadi buta),
konsentrasi mematikan arum jam (pernah berhasil, sudah senang,ternyata putaran
arlojinya sudah habis, pantesan arlojinya jadi mati. Jaman dulu semua arloji
harus diputar tiap hari karena pakai per/pegas, belum ada arloji yang pakai
baterai). Jaman sekarang belajar hypnosis sudah banyak sumbernya, banyak
pakarnya, dan yang lebih penting tidak kesasar-sasar (tersesat) dalam dunia
yang membingungkan serta tidak jelas. Walaupun
begitu kesasar-sasar itu, setelah
menjadi paham, akan membuahkan pengalaman berharga. Teori Nuklir pun dimulai
dengan Teori Atom Dalton yang sebenarnya salah. Jangan takut salah asal selalu
mencari kebenaran, daripada sudah benar tapi melenceng ke yang salah, tapi malahan
merasa lebih benar !
Penerbit
Magic Center yang memberikan kursus tertulis Sulap & Hypnotis (jaman itu
istilahnya bukan Hypnosis seperti sekarang), menjadi impian saya dan semua uang
saku serta “angpau” selalu habis untuk berbagai buku yang diterbitkan oleh
Magic Center itu.
Kebetulan
orangtua saya tinggal di komplek Pabrik Jamu yang banyak karyawannya. Maka saya bisa
mempraktekkan hypnosis kepada para karyawan sehingga menjadi percaya diri.
Ketika ada perayaan2 saya sering mendemonstrasikan kebisaan saya di bidang
hypnosis dan lain-lain. Saat di SMA,
saya sering mengajak teman-teman untuk saya hypnosis supaya berhenti merokok
(dulu SMA sudah boleh merokok), supaya giat belajar dll. Menyembuhkan karyawati
pabrik yang mabok, yang pusing (lagi mens kali) dll.
Selama kuliah
saya tidak aktif lagi dengan soal hypnosis, karena ada banyak hal lain yang
lebih menarik. Setelah selesai kuliah saya jadi guru SMA, dan saat itu mulai
lagi saya mempraktekkan hypnosis, mulai membaca lebih banyak lagi. Ketika saya
bekerja di perusahaan dan dapat kesempatan beberapa kali keluar negeri
(Eropa/Amerika) saya gunakan untuk ikut kursus dan mengoleksi buku2 yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu esoteris. Pada masa itu buku-buku tentang hypnosis
dll sangat langka di Indonesia, apalagi Magic Center sudah tutup.
Tahun 90an
saya sudah ikut beberapa seminarnya Dr.Richard Bandler karena saya sangat kagum
pada pribadi beliau. Pada waktu saya memperkenalkan diri bahwa saya dari IndoneSIA, Bandler
bercanda dengan bertanya: Apa ada hubungannya dengan AmneSIA ? Saya juga beberapa kali ikut seminar Paul mcKenna ,Saat itu Paul belum Ph.D, masih
kerja sama dengan Michael Breen, kalau
tidak salah Darren Brown juga ikut sebagai peserta, tapi dia sudah jadi
Mentalist. Belakangan Darren menggabung show Mentalistnya dengan nuansa
hypnosis, sebelum mempopulerkan Conversational Hypnosis. Saya sangat senang dengan Stage Hypnosis Paul
dan belajar membuat program TV untuk acara Hypnosis, tapi kemudian di Inggris
sendiri Program TV Paul McKenna di banned. Untung akhirnya pengadilan
memenangkan Paul. Saya berkenalan dengan
Hale Dowkin (Sedona Method) sebelum ia menjadi “guru” pada “The Secret” nya
Rhonda Byrne. Saat itu saya sedang tergila-gila dengan apapun perihal Milton
Erickson. Awalnya karena Bandler selalu menyebut-nyebut nama Milton Erickson ini. Saya sampai mengejar ke
Phoenix, Arizona, walau tidak dapat apa-apa juga, selain bahan-bahan studi.
Akhirnya karena bosan, saya main ke Sedona dan bertemu Hale Dowskin. Sedona
adalah kota indah di kaki Grand Canyon yang sangat bernuansa esoteric. Banyak training/workshop berbagai aliran
terapi/healing, dari Yoga, Prana,Reiki, Shihatsu, Hypnosis, Diet
sampai ilmu macam-macam. Sedona ini seperti “ibu kota” untuk berbagai terapi &
healing saja layaknya.
Pada tahun
1998 setelah kerusuhan Mei saya banyak diminta untuk membantu pengidap trauma
dan kemudian membantu anak-anak yang sakau karena heroin (Putauw). Tahun 2000
saya sudah di ekspose oleh majalah Tempo(Edisi 17-23 April 2000-Kolom Kesehatan
: “Hipnotherapi Untuk Pecandu Narkotik”). Saya lalu diminta untuk memberi
training Hypnotherapy, waktu itu training diberikan untuk orangtua yang anaknya
jadi pecandu. Lalu saya mengadakan lagi beberapa training Hypnosis tetapi tidak
puas, karena peserta tidak aktif mempraktekkan, padahal hypnosis adalah
ketrampilan, jadi harus banyak praktek. Pada tahun 1998, bersama teman-teman
mendirikan Wellness World, kami fokus ke program-program Self Help. Kamilah yang pertama menerbitkan
audiobook dalam bahasa Indonesia dengan para “artis” seperti Gde Prama, Wiwoho,
Agus Sunaryo, Indra Gunawan, Janti Atmodjo dll.
Waktu itu saya membuat Audiobook :”Mencapai Relaksasi”. Saya sedang
gandrung dengan Hemisync, Biofeedback, Soundwave beat, frequency warna cahaya
dll untuk menginduksi trance, out of body experience, dan gejala paranormal
lain. Saya juga dipaksa teman-teman supaya menulis buku, dan akhirnya jadi juga
: “Dynamic Persuasion”(2002), perlu dua tahun untuk bikin buku tipis itu, bukan
karena hebat isinya , tapi karena malas!
Sejak tahun
1998, saya mulai rutin berpraktek, tadinya di satu klinik, lalu di 2 klinik
lalu di 3 klinik sehingga saya merasa jenuh untuk praktek. Mungkin juga jadi
jenuh, karena training-training di
perusahaan yang saya berikan cukup laris, maka praktek terapi lalu tidak
menarik. Akhirnya saya membatasi diri untuk hanya berpraktek 1 hari saja,
itupun dengan perjanjian, kalau bisa melalui telpon.Saya lebih suka memberi
terapi melalui telpon.
Workshop
yang akan saya Roadshow-kan ini adalah
hasil dari rangkuman pengalaman saya dalam menggeluti hypnosis, hypnotherapy
dan terapi yang lain.
Sekarang
sudah begitu banyak litaratur, institusi hypnotherapy, Trainer handal,
sertifikasi dll, jadi kalau Anda berminat, saya ingin melengkapi supaya kita
bisa benar-benar membantu clien/pasien. Mereka datang karena memiliki masalah,
jangan sampai justeru tambah masalah karena terapi kita keliru.
Dengan
strategi therapeutic yang tepat, hypnosis bisa jadi alat yang berguna bagi
dokter sampai dukun !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar