Rabu, 09 Januari 2013

Siapa Purnawan EA ?




Perkenalkan saya Purnawan EA yang menyelenggarakan Workshop “Therapeutic Strategy in Hypnosis” ini. Saya perlu bercerita tentang pengalaman saya ini sebagai pertangung-jawaban menjadi fasilitator, sehingga Anda bisa menilai apakah saya cocok untuk memberikan “Workshop Therapeutic Strategy in Hypnosis”.
Perkenalan saya dengan Hypnosis sudah sejak sebelum tahun 1965.
Menjelang tahun 1965 gejolak politik di negeri ini memanas sehingga banyak pemuda yang tertarik untuk belajar ilmu-ilmu “kanuragan” , semacam ilmu bela diri yang dilengkapi dengan mistik. Sebagai remaja saya juga tertarik belajar macam-macam : digigit ular berbisa (untung tidak mati), tidur di papan berpaku besi digilas vespa (untung vespanya tidak meleset), kepala dikepruk batu bata, makan beling, makan api, menjilat besi membara (kadang lidah saya jadi setengah matang juga walau belum sampai jadi lidah asap), makan silet (kadang teriris juga, besoknya jadi sariawan),  mata diplester naik sepeda (karena belum punya motor) dll. Waktu itu saya sangat percaya bahwa saya “berisi” walau ternyata lebih banyak mitos daripada kenyataan. Dulu belajar “Hipnotis” itu campur baur dengan mitos dan klenik. Saya tiap malam belajar mematikan lilin, pagi hari kalau liburan sekolah  “nyawang srengenge”= memandang matahari pagi saat terbit (untung tidak jadi buta), konsentrasi mematikan arum jam (pernah berhasil, sudah senang,ternyata putaran arlojinya sudah habis, pantesan arlojinya jadi mati. Jaman dulu semua arloji harus diputar tiap hari karena pakai per/pegas, belum ada arloji yang pakai baterai). Jaman sekarang belajar hypnosis sudah banyak sumbernya, banyak pakarnya, dan yang lebih penting tidak kesasar-sasar (tersesat) dalam dunia yang membingungkan serta tidak jelas. Walaupun  begitu kesasar-sasar itu,  setelah menjadi paham, akan membuahkan pengalaman berharga. Teori Nuklir pun dimulai dengan Teori Atom Dalton yang sebenarnya salah. Jangan takut salah asal selalu mencari kebenaran, daripada sudah benar tapi melenceng ke yang salah, tapi malahan merasa lebih benar !
Penerbit Magic Center yang memberikan kursus tertulis Sulap & Hypnotis (jaman itu istilahnya bukan Hypnosis seperti sekarang), menjadi impian saya dan semua uang saku serta “angpau” selalu habis untuk berbagai buku yang diterbitkan oleh Magic Center itu.
Kebetulan orangtua saya tinggal di komplek Pabrik Jamu  yang banyak karyawannya. Maka saya bisa mempraktekkan hypnosis kepada para karyawan sehingga menjadi percaya diri. Ketika ada perayaan2 saya sering mendemonstrasikan kebisaan saya di bidang hypnosis dan lain-lain. Saat di  SMA, saya sering mengajak teman-teman untuk saya hypnosis supaya berhenti merokok (dulu SMA sudah boleh merokok), supaya giat belajar dll. Menyembuhkan karyawati pabrik yang mabok, yang pusing (lagi mens kali) dll.
Selama kuliah saya tidak aktif lagi dengan soal hypnosis, karena ada banyak hal lain yang lebih menarik. Setelah selesai kuliah saya jadi guru SMA, dan saat itu mulai lagi saya mempraktekkan hypnosis, mulai membaca lebih banyak lagi. Ketika saya bekerja di perusahaan dan dapat kesempatan beberapa kali keluar negeri (Eropa/Amerika) saya gunakan untuk ikut kursus dan mengoleksi buku2 yang berhubungan dengan ilmu-ilmu esoteris. Pada masa itu buku-buku tentang hypnosis dll sangat langka di Indonesia, apalagi Magic Center sudah tutup.
Tahun 90an saya sudah ikut beberapa seminarnya Dr.Richard Bandler karena saya sangat kagum pada pribadi beliau. Pada waktu saya memperkenalkan diri  bahwa saya dari IndoneSIA, Bandler bercanda  dengan bertanya: Apa ada hubungannya  dengan AmneSIA ?  Saya juga beberapa kali ikut seminar  Paul mcKenna ,Saat itu Paul belum Ph.D, masih kerja  sama dengan Michael Breen, kalau tidak salah Darren Brown juga ikut sebagai peserta, tapi dia sudah jadi Mentalist. Belakangan Darren menggabung show Mentalistnya dengan nuansa hypnosis, sebelum mempopulerkan Conversational Hypnosis.  Saya sangat senang dengan Stage Hypnosis Paul dan belajar membuat program TV untuk acara Hypnosis, tapi kemudian di Inggris sendiri Program TV Paul McKenna di banned. Untung akhirnya pengadilan memenangkan Paul.  Saya berkenalan dengan Hale Dowkin (Sedona Method) sebelum ia menjadi “guru” pada “The Secret” nya Rhonda Byrne. Saat itu saya sedang tergila-gila dengan apapun perihal Milton Erickson. Awalnya karena Bandler selalu menyebut-nyebut nama  Milton Erickson ini. Saya sampai mengejar ke Phoenix, Arizona, walau tidak dapat apa-apa juga, selain bahan-bahan studi. Akhirnya karena bosan,  saya main  ke Sedona dan bertemu Hale Dowskin. Sedona adalah kota indah di kaki Grand Canyon  yang sangat bernuansa esoteric.  Banyak training/workshop berbagai aliran terapi/healing, dari Yoga, Prana,Reiki, Shihatsu,  Hypnosis, Diet  sampai ilmu macam-macam. Sedona ini seperti  “ibu kota” untuk berbagai terapi & healing saja layaknya.
Pada tahun 1998 setelah kerusuhan Mei saya banyak diminta untuk membantu pengidap trauma dan kemudian membantu anak-anak yang sakau karena heroin (Putauw). Tahun 2000 saya sudah di ekspose oleh majalah Tempo(Edisi 17-23 April 2000-Kolom Kesehatan : “Hipnotherapi Untuk Pecandu Narkotik”). Saya lalu diminta untuk memberi training Hypnotherapy, waktu itu training diberikan untuk orangtua yang anaknya jadi pecandu. Lalu saya mengadakan lagi beberapa training Hypnosis tetapi tidak puas, karena peserta tidak aktif mempraktekkan, padahal hypnosis adalah ketrampilan, jadi harus banyak praktek. Pada tahun 1998, bersama teman-teman mendirikan Wellness World, kami fokus ke program-program  Self Help. Kamilah yang pertama menerbitkan audiobook dalam bahasa Indonesia dengan para “artis” seperti Gde Prama, Wiwoho, Agus Sunaryo, Indra Gunawan, Janti Atmodjo dll.  Waktu itu saya membuat Audiobook :”Mencapai Relaksasi”. Saya sedang gandrung dengan Hemisync, Biofeedback, Soundwave beat, frequency warna cahaya dll untuk menginduksi trance, out of body experience, dan gejala paranormal lain. Saya juga dipaksa teman-teman supaya menulis buku, dan akhirnya jadi juga : “Dynamic Persuasion”(2002), perlu dua tahun untuk bikin buku tipis itu, bukan karena hebat isinya , tapi karena malas!
Sejak tahun 1998, saya mulai rutin berpraktek, tadinya di satu klinik, lalu di 2 klinik lalu di 3 klinik sehingga saya merasa jenuh untuk praktek. Mungkin juga jadi jenuh,  karena training-training di perusahaan yang saya berikan cukup laris, maka praktek terapi lalu tidak menarik. Akhirnya saya membatasi diri untuk hanya berpraktek 1 hari saja, itupun dengan perjanjian, kalau bisa melalui telpon.Saya lebih suka memberi terapi melalui telpon.
Workshop yang akan saya Roadshow-kan ini  adalah hasil dari rangkuman pengalaman saya dalam menggeluti hypnosis, hypnotherapy dan terapi yang lain.
Sekarang sudah begitu banyak litaratur, institusi hypnotherapy, Trainer handal, sertifikasi dll, jadi kalau Anda berminat, saya ingin melengkapi supaya kita bisa benar-benar membantu clien/pasien. Mereka datang karena memiliki masalah, jangan sampai justeru tambah masalah karena terapi kita keliru.
Dengan strategi therapeutic yang tepat, hypnosis bisa jadi alat yang berguna bagi dokter sampai dukun !

Tidak ada komentar: